|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
IP anda 64.208.172.174
Anda pengunjung
ke 2115 |
|
|
|
PEMERINTAH AKAN BANGUN SEKOLAH KHUSUS CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS
http://www.smu-net.com/ Selasa, 08-2-2006 |
|
JAKARTA
Pemerintah berniat mendirikan sekolah khusus bagi siswa yang akan mengikuti berbagai lomba sains guna memberikan pembinaan yang terarah bagi mereka.
''Dengan persiapan seadanya saja prestasi siswa-siswa kita di ajang perlombaan sains internasional sudah cukup baik. Akan lebih baik lagi hasilnya kalau kita mempersiapkan mereka dengan lebih intensif,'' ujar Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Bambang Sudibyo, kepada wartawan usai menerima para pemenang olimpiade matematika, fisika, dan biologi, di Jakarta, Jumat (22/7).
Ia menambahkan pemerintah bersedia untuk membantu pendanaan bagi sekolah tersebut dengan dukungan pihak swasta.
Menurut Mendiknas, sekolah semacam itu akan mampu menarik minat pihak swasta untuk mendanai.
''Kita perlu memperbaiki sistem kaderisasi dalam menjaring bibit baru peserta-peserta olimpiade. Mereka itu harus terus dibina secara lebih intensif kalau kita ingin meningkatkan prestasi siswa Indonesia dari tahun ke tahun,'' ujar Mendiknas.
Penambahan anggaran pendidikan yang akan terus ditingkatkan, ujar Bambang, tidak hanya dialokasikan bagi program-program besar saja. Menurut Mendiknas, diharapkan dengan bertambahnya anggaran pendidikan, akan ada alokasi bagi pendirian dan pembinaan sekolah bagi peserta olimpiade sains.
Meski masih belum terlalu optimal, Mendiknas menegaskan pemerintah telah memberikan dukungan kepada tim-tim olimpiade yang akan berlomba.
Di waktu mendatang, ia berjanji untuk memberikan perhatian yang lebih besar lagi bagi peningkatan prestasi mereka.
Siswa-siswa Indonesia yang berlaga di ajang International Mathematics Olympiad (IMO), International Physics Olympiad (IPhO), International Biology Olympiad (IBO), mampu menyumbangkan medali emas, perak dan perunggu dengan persiapan yang masih seadanya.
Pada IMO ke-46 yang diselenggarakan di Merida, Yucatan, Meksiko, pada 8-19 Juli lalu, diikuti oleh 91 negara dengan jumlah peserta mencapai 513 orang.
Tim Indonesia terdiri dari 6 peserta, yaitu Andre Yohannes Wibisono (SMAK St Louis Surabaya), David Hartanto Widjaja (SMAK 1 BPK Penabur Jakarta), Andika Widjaja (SMAK Kolese St. Yusuf Malang), Kristo (SMAN 3 Yogyakarta), Sander Parawira (SMAK 1BPK Penabur Jakarta), dan Dimas Yusuf Danuwerda (SMAN 10 Samarinda).
Prestasi yang diraih mereka antara lain dengan merebut tiga medali perunggu, yaitu atas nama Andre Yohannes Wibisono, Sander Parawira, dan Dimas Yusuf Danurwenda.
Secara tim (hasil tidak resmi) Indonesia berada di urutan 43 dengan total nilai 70 (rata-rata 11,67 per peserta).
Hasil tersebut lebih baik dibandingkan prestasi siswa Belanda, Yunani, Spanyol, Portugal, negara-negara Skandinavia (Denmark Finlandia, Swedia, dan Norwegia), dan beberapa negara tradisi olimpiade matematika yang mapan (Latvia, Lithuania, Estonia, Macedonia, Argentina, Slovenia).
Lima negara teratas antara lain China (total nilai 235), AS (213), Rusia (212), Iran (201) dan Korea (200).
Sedangkan untuk negara-negara ASEAN, antara lain Singapura pada urutan 14, Vietnam pada urutan 15, Thailand pada urutan 23, Filipina pada urutan 70 dan Malaysia pada urutan 77.
IMO adalah olimpiade sains pertama di dunia dan mulai diselenggarakan tahun 1959 di Rumania. IMO pertama ini diikuti oleh tujuh negara Eropa Timur.
Indonesia pertama kali mengikuti IMO pada 1988 di Canberra, Australia.
Selama 18 kali keikutsertaan dalam IMO, Indonesia memperoleh 1 medali perak, 10 medali perunggu, dan sejumlah honorable mention. (media) |
|
|
|
|
|
|
|